Tampilkan postingan dengan label Drama Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Drama Politik. Tampilkan semua postingan

Ratu Elizabeth I: Biografi, Drama Politik, Skandal dan Kisah Kelam diBalik Riasan Wajahnya

Biografi Ratu Elizabeth I: Sang Ratu Perawan 

Tentu, ini adalah biografi Ratu Elizabeth I dari Inggris, salah satu penguasa paling legendaris dalam sejarah Inggris.

Biografi Ratu Elizabeth I: Sang Ratu Perawan

Ratu Elizabeth I (7 September 1533 – 24 Maret 1603) adalah Ratu Inggris dan Irlandia yang memerintah dari 17 November 1558 hingga kematiannya. Pemerintahannya yang selama 44 tahun dikenal sebagai Zaman Elizabethan, sebuah masa keemasan di bidang eksplorasi, sastra, dan seni, serta stabilitas politik dan keagamaan yang kokoh. Ia adalah penguasa terakhir dari Dinasti Tudor.

Masa Muda yang Penuh Gejolak

Elizabeth adalah putri dari Raja Henry VIII dan istri keduanya, Anne Boleyn. Kelahirannya adalah sebuah kekecewaan besar bagi ayahnya, yang sangat mendambakan seorang putra mahkota. Ketika Elizabeth berusia tiga tahun, ibunya, Anne Boleyn, dihukum mati dengan tuduhan palsu seperti perzinaan dan pengkhianatan. Pernikahan orang tuanya pun dibatalkan, dan Elizabeth dinyatakan sebagai anak haram.

Meskipun statusnya tidak jelas, Elizabeth tetap mendapat pendidikan humanis yang sangat baik. Ia fasih dalam bahasa Latin, Yunani, Prancis, dan Italia, serta mahir dalam bidang sejarah, retorika, dan filsafat.



Setelah kematian Henry VIII, tahta berpindah ke:

1.  Edward VI (saudara tiri laki-laki Elizabeth) yang beragama Protestan.

2.  Mary I (saudara tiri perempuan Elizabeth) yang beragama Katolik.

Pada masa pemerintahan Mary I, Elizabeth menghadapi bahaya besar. Karena keyakinan Protestannya dan dicurigai terlibat dalam Pemberontakan Wyatt, Elizabeth dipenjara di Menara London. Pengalaman traumatis ini mengajarkannya seni bertahan hidup, kehati-hatian, dan kecerdikan politik.

Naik Takhta: Sang Penyelamat Protestan

Mary I meninggal pada 17 November 1558, dan Elizabeth naik takhta di usia 25 tahun. Ia mewarisi sebuah kerajaan yang terpecah secara religius, miskin, dan terlibat dalam perang yang tidak populer dengan Prancis.

Salah satu keputusan pertamanya adalah menetapkan Kompromi Elizabeth melalui Undang-Undang Keseragaman (1559) dan Undang-Undang Supremasi (1559). Kebijakan ini menciptakan Gereja Inggris (Church of England) yang moderat, yang secara resmi Protestan tetapi mempertahankan beberapa tata cara dan hierarki Katolik untuk menjembatani kedua kubu. Elizabeth menyebut dirinya Gubernur Tertinggi Gereja, bukan Kepala, sebuah langkah politik yang cerdik.

Pemerintahan dan Pencapaian

1. Menghadapi Ancaman dari Luar

Ancaman terbesar bagi Inggris datang dari Spanyol, kekuatan Katolik terkuat di Eropa. Raja Philip II dari Spanyol, yang sebelumnya pernah melamar Elizabeth, merasa terhina dan berniat menggulingkannya.

Puncak konflik ini adalah Penyerangan Armada Spanyol (Spanish Armada) pada tahun 1588. Armada laut Spanyol yang perkasa dikirim untuk menyerang Inggris. Berkat strategi brilian dari para laksamana seperti Sir Francis Drake dan cuaca buruk yang dijuluki Angin Protestant (Protestant Wind), armada Spanyol berhasil dikalahkan. Kemenangan ini menjadi momen kebanggaan nasional yang besar dan mengukuhkan status Elizabeth sebagai pelindung Inggris dan iman Protestan.

2. Dukungan terhadap Seni dan Eksplorasi

Zaman Elizabethan adalah masa keemasan sastra Inggris, terutama berkat karya William Shakespeare dan Christopher Marlowe. Elizabeth sendiri adalah pelindung teater dan seni. Di bidang eksplorasi, para petualang seperti Sir Francis Drake dan Sir Walter Raleigh berlayar mengelilingi dunia, mendirikan koloni (seperti koloni Virginia yang dinamai untuk menghormati Elizabeth, sang Ratu Perawan), dan menantang monopoli dagang Spanyol.

3. Masalah Perebutan Takhta dan Mary, Queen of Scots

Sepupu Elizabeth, Mary, Queen of Scots, yang beragama Katolik, adalah ancaman konstan terhadap takhtanya. Banyak pihak Katolik yang menganggap Mary sebagai pewaris takhta Inggris yang sah. Setelah melarikan diri dari Skotlandia dan ditahan di Inggris selama 19 tahun, Mary terbukti terlibat dalam beberapa plot untuk membunuh Elizabeth. Akhirnya, dengan berat hati, Elizabeth menyetujui eksekusi Mary pada tahun 1587, sebuah keputusan yang kontroversial namun dianggap perlu untuk keamanan negara.

Ratu Perawan dan Warisan

Elizabeth memilih untuk tidak menikah sepanjang hidupnya, sebuah keputusan yang sangat tidak biasa pada masanya. Ia menggunakan status lajangnya sebagai alat politik, sering kali menggoda dan memanipulasi para pangeran Eropa yang ingin menikahinya untuk memperoleh keuntungan diplomatik. Ia menyatakan dirinya menikah dengan Inggris, dan rakyatnya memujanya sebagai Sang Ratu Perawan (The Virgin Queen).

Ratu Elizabeth I meninggal pada 24 Maret 1603 di Istana Richmond dalam usia 69 tahun. Karena tidak memiliki anak, takhta berpindah kepada James VI dari Skotlandia (putra dari Mary, Queen of Scots), yang menjadi James I dari Inggris, mempersatukan mahkota Inggris dan Skotlandia dan memulai era Dinasti Stuart.

Warisan dan Pengingat

Elizabeth I dikenang sebagai salah satu penguasa terhebat dalam sejarah Inggris. Ia mewariskan:

•  Sebuah kerajaan yang kuat, bersatu, dan percaya diri.

•  Identitas nasional Inggris yang kokoh.

•  Warisan budaya yang tak ternilai dari Zaman Elizabethan.

•  Legenda tentang seorang wanita yang memerintah dengan kecerdasan, ketegasan, dan pengorbanan pribadi untuk negaranya.

Kata-katanya yang terkenal saat menghadapi tentara di Tilbury sebelum invasi Armada Spanyol merangkum semangat kepemimpinannya: Aku tahu aku memiliki tubuh seorang wanita yang lemah dan lemah; tetapi aku memiliki hati dan jiwa seorang raja, dan seorang Raja Inggris pula. 

Drama Politik Elizabeth I 

Tentu! Drama politik selama pemerintahan Ratu Elizabeth I sangatlah intens, rumit, dan penuh intrik. Ini adalah elemen kunci yang membentuk pemerintahannya dan menjadi bahan bakar bagi banyak cerita, termasuk drama-drama Shakespeare.

Berikut adalah ringkasan drama politik utama yang dihadapi Elizabeth I:

1. Drama Suksesi dan Legitimasi: Siapa yang Akan Menggantikannya?

Ini adalah pertanyaan paling mendalam dan berbahaya sepanjang pemerintahannya. Karena Elizabeth tidak menikah dan tidak memiliki ahli waris, istana menjadi sarang intrik dimana berbagai faksi mendukung calon pengganti yang berbeda.

•    Tekanan untuk Menikah: Parlemen dan penasihatnya terus-mendesaknya untuk menikah dan melahirkan pewaris. Elizabeth menggunakan proses pernikahan sebagai alat diplomatik, menggoda berbagai pangeran dari Prancis, Spanyol, dan Austria selama bertahun-tahun untuk menjaga perdamaian dan mendapatkan keuntungan politik, tanpa pernah berniat untuk benar-benar menikah.

•   Ancaman dari Mary, Queen of Scots: Mary adalah drama politik yang berjalan. Sebagai seorang Katolik dan cicit Henry VII, ia adalah penantang takhta yang paling jelas. Kehadirannya di Inggris (setelah melarikan diri dari Skotlandia) seperti magnet bagi setiap konspirasi Katolik. Plot untuk membunuh Elizabeth dan menempatkan Mary di takhta terjadi berulang kali, yang paling terkenal adalah Plot Babington (1586). Eksekusi Mary pada 1587 adalah puncak dari drama ini, sebuah keputusan yang sangat sulit bagi Elizabeth karena melibatkan eksekusi sesama raja yang berdaulat.

2. Drama Keagamaan: Katolik vs. Protestant

Elizabeth mewarisi kerajaan yang terbelah oleh agama. Kebijakan Kompromi Elizabeth adalah upaya untuk menenangkan situasi, tetapi justru menciptakan drama yang konstan.

•   Kaum Katolik di Dalam Negeri: Kaum Katolik Inggris yang setia kepada Paus di Roma dilihat sebagai musuh dalam selimut. Uskup Agung William Cecil (penasihat utama Elizabeth) membangun jaringan mata-mata yang luas untuk memata-matai keluarga Katolik dan imam-imam yesuit yang diam-diam dikirim ke Inggris untuk "mengembalikan" negara itu ke Katolik. Menjadi seorang Katolik bisa dianggap sebagai pengkhianatan.

•   Ancaman dari Luar:Paus P0ius V mengucilkan Elizabeth pada tahun 1570 melalui Regnans in Excelsis*, yang menyatakan bahwa ia adalah seorang perampas takhta yang sesat dan membebaskan subjek Katoliknya dari kesetiaan kepadanya. Ini pada dasarnya adalah pernyataan perang dan undangan terbuka bagi kekuatan Katolik (terutama Spanyol) untuk menggulingkannya.

3. Drama Faksi di Istana: Pertarungan Para Penasihat

Istana Elizabeth adalah panggung bagi pertarungan kekuasaan antara faksi-faksi yang dipimpin oleh para penasihatnya yang kuat.

•    William Cecil (Lord Burghley) vs. Robert Dudley (Earl of Leicester): Cecil adalah penasihat yang hati-hati, bijaksana, dan mengutamakan keamanan negara. Dudley adalah favorit pribadi Ratu dan diduga kekasihnya, yang lebih agresif dan ambisius. Persaingan mereka mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri.

•    Kebangkitan Robert Devereux (Earl of Essex): Drama ini berakhir tragis. Essex, anak tiri Robert Dudley, adalah favorit baru Elizabeth di masa tuanya. Namun, dia arogan dan haus kekuasaan. Ketika karir militernya gagal dan pengaruhnya memudar, dia melakukan **pemberontakan yang ceroboh pada tahun 1601** untuk merebut istana. Pemberontakan ini gagal dan Essex akhirnya dihukum mati, sebuah akhir yang menyedihkan bagi hubungan pribadi Elizabeth.

4. Drama Ekonomi dan Pemberontakan: Uang dan Kekacauan

•   Krisis Keuangan: Perang dengan Spanyol (terutama setelah mengalahkan Armada) sangat menguras keuangan kerajaan. Elizabeth, yang terkenal hemat, harus meminta pajak yang tidak populer dari Parlemen, yang sering menimbulkan ketegangan.

•    Pemberontakan di Irlandia: Irlandia, yang mayoritas Katolik, terus-menerus memberontak terhadap pemerintahan Inggris. Penumpasan pemberontakan ini, seperti Perang Sembilan Tahun Irlandia, adalah luka finansial dan militer yang terus berdarah, yang memanfaatkan sumber daya yang sangat dibutuhkan di tempat lain.

Bagaimana Elizabeth Menghadapi Semua Drama Ini?

Elizabeth adalah ahli dalam memainkan drama politik ini. Strateginya meliputi:

1.  Menjadi Ratu yang Tidak Dapat Diprediksi: Dia jarang membuat keputusan cepat, sering menunda-nunda untuk melihat perubahan situasi. Ini membuat lawan-lawannya terus menebak-nebak.

2.  Memainkan Faksi yang Saling Bersaing: Dia memastikan tidak ada satu faksi pun yang menjadi terlalu kuat dengan memberi kepercayaan dan tugas kepada faksi yang berlawanan.

3.  Kultus Personalitas: Dia dengan cermat menciptakan citra dirinya sebagai Gloriana, sang Ratu Perawan yang suci dan perkasa yang dikasihi oleh rakyatnya. Kemajuan kerajaannya (perjalanan ke sekitar Inggris) adalah pertunjukan publik yang dirancang untuk memperkuat kesetiaan.

4.  Jaringan Mata-mata yang Efisien: Di bawah Francis Walsingham, mata-matanya membongkar banyak konspirasi, memberikan informasi yang dibutuhkan untuk bertindak sebelum ancaman menjadi kenyataan.

Kesimpulannya, pemerintahan Elizabeth I pada dasarnya adalah drama politik berkelanjutan yang berlangsung selama 44 tahun.* Kemampuannya untuk bertahan dan makmur di tengah semua intrik, konspirasi, dan pertarungan kekuasaan inilah yang menjadikannya salah satu penguasa paling sukses dalam sejarah. Drama-drama inilah yang mengilhami banyak karya fiksi, menunjukkan betapa menarik dan penuh ketegangan periode tersebut.


Skandal dan Kisah Kelam diBalik Riasan Wajahnya 

Tentu. Di balik citra publik "Gloriana" yang sempurna dan bermuka putih porselen, tersembunyi kisah-kelam dan pengorbanan pribadi Ratu Elizabeth I yang terkait langsung dengan riasan wajah ikoniknya.

Riasan itu bukan hanya soal fashion; itu adalah topeng yang menutupi bekas luka, penyakit, dan usia yang mulai merapuhkan sang Ratu.

Topeng di Atas Topeng: Fungsi Riasan Wajah Elizabeth

Riasan wajah Elizabeth yang sangat putih (disebut Venetian Ceruse), pipi yang memerah, dan rambut pirang, dirancang untuk menciptakan citra yang tidak manusiawi:

•   Kemurnian dan Kekekalan: Wajah putih porselen melambangkan kemurniannya sebagai "Sang Ratu Perawan" dan menutupi kerutan serta tanda-tanda penuaan.

•   Kekuasaan dan Kekayaan: Riasan yang rumit dan mahal menunjukkan statusnya. Hanya orang kaya yang bisa berdandan seperti itu.

Skandal dan Kisah Kelam di Balik Cat Putihnya

1. Venetian Ceruse: Racun di Wajahnya

•   Apa Itu? Venetian Ceruse adalah campuran timah putih dan cuka. Itu adalah fondasi yang digunakan untuk mencapai wajah yang sangat pucat dan halus.

•    Efek Kelam: Timah adalah racun yang sangat berbahaya. Dengan mengoleskannya ke wajah setiap hari, racun itu secara perlahan meresap ke dalam kulitnya. Racun ini menyebabkan:

 •   Kerusakan Kulit: Kulitnya menjadi rusak, bernoda, dan berkerut. Lapisan riasan yang lama harus ditutupi dengan lapisan baru yang lebih tebal, menciptakan siklus yang merusak.

•   Rambut Rontok: Paparan timah diduga menyebabkan rambutnya menipis, memaksanya untuk memakai wig yang semakin mewah.

•   Keracunan Sistemik: Beberapa sejarawan berspekulasi bahwa paparan timah jangka panjang dapat menyebabkan kelelahan, insomnia, dan kerusakan saraf, yang mungkin berkontribusi pada kesehatan buruknya di usia tua.

2. Cacar: Pemicu Awal

Elizabeth terserang cacar pada tahun 1562, pada usia 29 tahun. Penyakit ini hampir merenggut nyawanya dan meninggalkan bekas luka dan lubang di wajahnya. Peristiwa inilah yang diduga menjadi alasan utama ia mulai menggunakan riasan tebal—untuk menyembunyikan bekas luka cacarnya. Riasan menjadi topeng fisik atas trauma dan cacat yang ditinggalkan penyakit.

3. Topeng Pemuda yang Semakin Menebal

Seiring bertambahnya usia, ketergantungan Elizabeth pada riasannya semakin menjadi-jadi.

•   Di usia 60-an, riasannya begitu tebal sehingga dikabarkan retak.

•   Duta Besar Prancis melaporkan bahwa wajahnya sangat keriput dan giginya sudah sangat kuning.

•   Dia menolak untuk melepas riasannya dan dikabarkan sering menolak untuk mencuci muka, hanya membersihkan wajahnya dengan sesekali membasuhnya dengan air putih atau anggur.

4. Pengundian Diri dan Keengganan untuk Dilihat

Di tahun-tahun terakhirnya, Elizabeth menjadi sangat sensitif tentang penampilannya. Dia melarang cermin di kamarnya, tidak ingin melihat kenyataan di balik topengnya. Dia semakin menyendiri, enggan dilihat bahkan oleh para pelayannya. Kisah ini menggambarkan penderitaan psikologis di balik citra kekuasaan yang ia pertahankan.

Skandal Lain yang Terkait dengan Kecantikannya

•  Gigi yang Hitam dan Busuk: Seperti banyak bangsawan pada masanya, Elizabeth sangat menyukai gula, komoditas mewah yang merusak giginya. Banyak sumber menyebutkan giginya menghitam dan membusuk, yang kontras dengan riasan wajahnya yang putih sempurna. Dalam beberapa potret, dia terlihat menutupi mulutnya dengan tangan, mungkin untuk menyembunyikan kondisi giginya.

•   Spirit of Youth: Untuk melawan penuaan, dia dikabarkan mandi dengan anggur dan menggunakan ramuan kimia berbahaya lainnya sebagai perawatan kulit, yang justru semakin memperparah kondisi kulitnya.

Kesimpulan: Pengorbanan untuk Kekuasaan

Riasan wajah Elizabeth I adalah metafora yang sempurna untuk pemerintahannya. Itu adalah pengorbanan pribadi yang beracun untuk menciptakan citra publik yang perkasa dan abadi.

Di balik topeng Gloriana yang dingin dan sempurna, ada seorang wanita yang kulitnya terluka, kesehatannya terganggu oleh racun, dan jiwanya tertekan oleh beban untuk selalu tampak perkasa. Kisah riasannya adalah pengingat yang kelam bahwa harga yang dia bayar untuk kekuasaan bukan hanya kemerdekaan pribadinya (dengan tidak menikah), tetapi juga kesehatan dan kemanusiaannya sendiri.