Apa Itu HIV dan AIDS
HIV dan AIDS adalah dua hal yang terkait erat, tetapi memiliki arti yang berbeda. Singkatnya, HIV adalah virusnya, sedangkan AIDS adalah kondisi penyakitnya yang muncul akibat kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV.
1. Apa Itu HIV?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, khususnya sel-sel CD4 (sejenis sel T), yang berperan sebagai "pasukan" utama melawan infeksi.
• Cara Kerja: HIV masuk ke dalam tubuh, menggandakan diri, dan menghancurkan sel CD4.
• Akibatnya: Jumlah sel CD4 semakin menurun, membuat tubuh sangat rentan terhadap berbagai infeksi dan kanker yang seharusnya bisa dilawan oleh tubuh yang sehat.
• Penting Dipahami: Seseorang yang terinfeksi HIV bisa terlihat dan merasa sehat selama bertahun-tahun. Mereka disebut **Orang dengan HIV (ODHIV).
2. Apa Itu AIDS?
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang muncul karena sistem kekebalan tubuh sudah sangat rusak akibat infeksi HIV yang tidak diobati dalam waktu lama.
• Status AIDS ditegakkan ketika:
1. Jumlah sel CD4 turun di bawah 200 sel/mm³ (orang sehat memiliki 500-1600 sel/mm³), ATAU
2. ODHIV mengalami infeksi oportunistik tertentu, yaitu infeksi yang biasanya tidak berbahaya pada orang dengan sistem imun normal, tetapi menjadi ganas dan mengancam jiwa pada orang dengan sistem imun yang rusak. Contohnya adalah tuberkulosis (TBC) parah, pneumonia pneumocystis, sarkoma kaposi, dan toksoplasmosis otak.
Analogi Sederhana:
• HIV ibarat benih rumput liar yang ditanam di halaman.
• Jika tidak dirawat (tidak diobati), benih itu akan tumbuh dan menyebar, merusak akar rumput sehat (sistem kekebalan).
• AIDS adalah keadaan ketika seluruh halaman sudah dipenuhi rumput liar dan tanaman sehatnya mati, sehingga halaman menjadi gersang dan mudah ditumbuhi tanaman pengganggu lainnya (infeksi oportunistik).
Perjalanan Infeksi HIV tanpa Pengobatan
1. Fase Infeksi Akut: Beberapa minggu setelah terinfeksi, mungkin muncul gejala seperti flu (demam, sakit tenggorokan, ruam). Virus dalam darah sangat tinggi dan sangat menular.
2. Fase Laten Klinis (Tanpa Gejala): Virus tetap aktif tetapi bereproduksi pada level sangat rendah. ODHIV mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun selama 10-15 tahun. Periode ini adalah kesempatan kritis untuk memulai pengobatan.
3. AIDS (Fase Lanjut): Sistem kekebalan tubuh rusak parah. Gejala berat seperti penurunan berat badan drastis, demam berkepanjangan, diare kronis, dan infeksi oportunistik mulai muncul.
Penyebab HIV dan AIDS
• Penyebab HIV adalah virus itu sendiri, yaitu Human Immunodeficiency Virus.
• Penyebab AIDS adalah kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV yang tidak diobati dalam jangka waktu lama.
Penyebab Utama: Virus HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah satu-satunya penyebab di balik infeksi dan sindrom AIDS. Virus ini menyerang dan menghancurkan sel-sel tertentu dalam sistem kekebalan tubuh Anda, khususnya sel CD4+ T (sering disebut sel T pembantu). Sel-sel ini adalah komandan yang mengkoordinasi serangan tubuh terhadap infeksi.
Bagaimana HIV Menyebabkan Kerusakan?
1. Masuk ke Tubuh: HIV masuk ke aliran darah melalui cairan tubuh yang terinfeksi (darah, air mani, cairan vagina, cairan rektal, ASI).
2. Menginfeksi Sel CD4: Virus menempel pada sel CD4 dan menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel.
3. Mengambil Alih & Memperbanyak Diri: Virus menggunakan mesin sel CD4 untuk membuat miliaran salinan virus baru.
4. Merusak dan Membunuh Sel CD4: Salinan virus baru tersebut keluar dari sel, merusak dan akhirnya membunuh sel CD4 tersebut, lalu menginfeksi sel CD4 lainnya.
5. Pelemahan Sistem Kekebalan: Proses ini berulang terus-menerus. Seiring waktu, jumlah sel CD4 menurun drastis, membuat sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak mampu melawan infeksi dan penyakit.
Cara Penularan HIV (Bagaimana Seseorang Bisa Terinfeksi)
Seseorang bisa terinfeksi HIV hanya jika cairan tubuh tertentu dari orang yang hidup dengan HIV (dan memiliki viral load yang terdeteksi) masuk ke dalam aliran darahnya. Cairan tersebut adalah:
1. Darah
2. Air Mani (sperma) dan Cairan Pra-Ejakulasi
3. Cairan Rektal (dari dubur)
4. Cairan Vagina
5. Air Susu Ibu (ASI)
Rute Penularan Utama:
• Hubungan Seks tanpa Pengaman: Baik vaginal, anal, atau oral tanpa kondom dengan seseorang yang hidup dengan HIV. Hubungan seks anal dianggap memiliki risiko penularan tertinggi karena jaringan dubur yang mudah robek.
• Berbagi Alat Suntik Berbagi jarum, semprit, atau perlengkapan menyuntik lainnya yang terkontaminasi darah penderita HIV. Ini umum di kalangan pengguna narkoba suntik.
• Transmisi dari Ibu ke Anak (Penularan Vertikal): Dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau melalui pemberian ASI. Namun, dengan pengobatan ARV pada ibu dan profilaksis pada bayi, risiko penularan dapat diturunkan hingga di bawah 1%.
• Transfusi Darah atau Produk Darah: Risiko ini sangat jarang di negara yang memiliki sistem skrining darah yang ketat (seperti Indonesia). Semua darah donor diskrining untuk HIV.
Perkembangan dari HIV ke AIDS
AIDS tidak terjadi secara instan. AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV yang tidak diobati.
• Tanpa Pengobatan: Jika seseorang dengan HIV tidak mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV), virus akan terus menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4 selama bertahun-tahun (bisa 5-10 tahun atau lebih).
• Sistem Kekebalan Tubuh Kolaps: Ketika jumlah sel CD4 turun di bawah level kritis (biasanya di bawah 200 sel/mm³), sistem kekebalan tubuh menjadi sangat lemah.
• Munculnya AIDS: Pada titik inilah seseorang didiagnosis AIDS. Diagnosis AIDS juga ditegakkan ketika seseorang dengan HIV mengalami infeksi oportunistik tertentu (infeksi yang memanfaatkan sistem imun yang lemah) atau kanker tertentu.
Jadi, penyebab AIDS adalah kegagalan sistem imun akibat aktivitas virus HIV yang tidak terkendali.
Hal-Hal yang BUKAN Penyebab HIV/AIDS
Penting untuk meluruskan mitos dan misinformation. HIV TIDAK menular melalui:
• Berpelukan, berjabat tangan, atau berciuman biasa.
• Berbagi makanan, minuman, atau peralatan makan.
• Menggunakan toilet, kolam renang, atau kamar mandi yang sama.
• Gigitan nyamuk atau serangga lain.
• Air liur, keringat, air mata, atau kencing (kecuali tercampur darah segar).
Gejala HIV dan AIDS
Penting untuk dipahami bahwa gejala HIV bervariasi tergantung pada tahapan infeksinya. Gejala juga tidak spesifik, artinya mirip dengan banyak penyakit lain, sehingga satu-satunya cara pasti untuk mengetahui status HIV adalah dengan melakukan TES.
Fase 1: Infeksi Akut (Primer) / Serokonversi
Tahap ini terjadi dalam 2-4 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Pada fase ini, tubuh sedang membentuk antibodi untuk melawan virus (proses serokonversi). Tidak semua orang mengalami gejala yang jelas, tetapi banyak yang mengalaminnya.
Gejalanya mirip flu berat atau mononukleosis, dan dapat mencakup:
• Demam (gejala paling umum)
• Kelelahan ekstrem
• Sakit tenggorokan
• Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan
• Ruam kulit yang tidak gatal, biasanya di batang tubuh
• Nyeri otot dan sendi
• Sakit kepala
• Sariawan di mulut atau kerongkongan
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
Mengapa fase ini kritis?
• Penularan Tinggi: Jumlah virus (viral load) dalam darah sangat tinggi, sehingga potensi menularkan ke orang lain sangat besar.
• Sering Terlewat: Gejala yang mirip flu biasa sering diabaikan atau didiagnosis sebagai penyakit lain.
Gejala ini biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan kemudian hilang dengan sendirinya. Setelah itu, virus memasuki fase laten.
Fase 2: Latensi Klinis (Tahap Kronis / Tanpa Gejala)
Pada tahap ini, virus tetap aktif tetapi bereproduksi pada level yang sangat rendah. Seseorang mungkin:
• Tidak merasakan gejala sama sekali.
• Terlihat dan merasa sehat secara normal.
Masa tenggang ini dapat berlangsung selama 10-15 tahun atau bahkan lebih lama jika segera diobati dengan ARV.
• Tanpa Pengobatan: Virus perlahan namun pasti terus menghancurkan sel CD4 dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
• Dengan Pengobatan ARV: Seseorang dapat berada dalam fase ini selama puluhan tahun, hidup sehat, dan tidak menularkan virus kepada pasangan seksualnya (konsep U=U).
Fase 3: AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS adalah tahap infeksi HIV yang paling parah. Terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sudah sangat rusak (biasanya saat jumlah sel CD4 turun di bawah 200 sel/mm³).
Gejala AIDS terjadi karena sistem imun sudah tidak bisa melindungi tubuh. Gejalanya dibagi dua:
A. Gejala Umum Akibat Sistem Imun yang Rusak:
• Penurunan berat badan yang drastis dan tidak diinginkan
• Demam berkepanjangan (lebih dari seminggu)
• Berkeringat di malam hari yang sangat deras
• Kelelahan kronis dan parah yang mengganggu aktivitas
• Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap selama berminggu-minggu
• Diare kronis (berlangsung lebih dari seminggu)
B. Infeksi Oportunistik dan Kanker Tertentu
Ini adalah infeksi dan kanker yang biasanya tidak berbahaya pada orang dengan sistem imun normal, tetapi menjadi ganas dan mengancam jiwa pada orang dengan AIDS.
• Infeksi Paru-Paru:
• Pneumonia Pneumocystis (PCP): Pneumonia jamur yang merupakan indikator khas AIDS.
• Tuberkulosis (TBC): Merupakan infeksi oportunistik paling umum yang terkait dengan HIV di seluruh dunia.
• Infeksi Otak dan Sistem Saraf:
• Toksoplasmosis: Infeksi parasit pada otak yang dapat menyebabkan sakit kepala, kejang, dan kebingungan.
• Meningitis Kriptokokal: Infeksi jamur pada selaput otak.
• Infeksi Mata: Retinitis Sitomegalovirus (CMV): Dapat menyebabkan kebutaan.
• Kanker:
• Sarkoma Kaposi: Kanker yang menyebabkan lesi ungu/coklat pada kulit dan mulut.
• Limfoma: Kanker kelenjar getah bening.
• Infeksi Lainnya:
• Kandidiasis (Oral Thrush/Seriak): Infeksi jamur di mulut, kerongkongan, atau vagina yang parah dan sulit disembuhkan.
• Herpes Simpleks atau Zoster yang parah dan berulang.
Peringatan Penting dan Kesimpulan
1. Jangan Andalkan Gejala Saja: Banyak orang dengan HIV tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara mengetahui status HIV adalah dengan tes.
2. Gejala Tidak Spesifik: Demam, lelah, atau ruam bisa disebabkan oleh puluhan penyakit lain. Memiliki gejala ini bukan berarti Anda pasti terkena HIV.
3. Jika Anda Berisiko, Segera Tes: Jika Anda pernah melakukan perilaku berisiko (seks tanpa kondom, berbagi jarum suntik), jangan tunggu sampai gejala muncul. Tes dini menyelamatkan hidup.
4. HIV Bukan AIDS: Dengan pengobatan Antiretroviral (ARV) yang tepat dan konsisten, seseorang dengan HIV dapat mencegah perkembangan penyakit hingga ke tahap AIDS dan hidup dengan normal.
Jika Anda merasa berisiko atau khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dan lakukan tes HIV. Semakin cepat diketahui, semakin baik hasil kesehatannya.
Cara Pencegahan HIV dan AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS dilakukan dengan memutus rantai penularan virus. Karena HIV hanya menular melalui cairan tubuh tertentu, strategi pencegahannya sangat jelas dan efektif.
Berikut adalah cara-cara pencegahan HIV, dari yang paling umum hingga yang lebih spesifik:
1. Pencegahan Melalui Hubungan Seksual (Rute Penularan Utama)
Ini adalah area pencegahan yang paling kritis karena hubungan seksual merupakan mode penularan paling umum.
• Gunakan Kondom dengan Benar dan Konsisten:
• Kondom lateks atau poliuretan adalah penghalang fisik yang sangat efektif mencegah pertukaran cairan tubuh (semen, cairan vagina, darah).
• Gunakan setiap kali berhubungan seks, baik vaginal, anal, maupun oral.
• Pastikan menggunakan pelumas berbasis air atau silikon untuk mencegah kondom robek.
• Terapi Antiretroviral (ARV) sebagai Pencegahan:
• Bagi Orang dengan HIV (ODHIV): Dengan minum ARV secara teratur, viral load (jumlah virus dalam darah) dapat ditekan hingga tidak terdeteksi. Pada kondisi ini, ODHIV tidak dapat menularkan HIV kepada pasangan seksualnya. Konsep ini dikenal sebagai U=U (Undetectable = Untransmittable). Ini adalah bentuk pencegahan yang sangat powerful.
• PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis): Adalah obat HIV yang diminum secara rutin oleh orang yangbelum terinfeksi HIV tetapi memiliki risiko tinggi untuk tertular (misalnya, pasangan dari ODHIV, pekerja seks, pengguna narkoba suntik). PrEP sangat efektif bila diminum sesuai anjuran.
• PEP (Post-Exposure Prophylaxis): Adalah obat ARV yang harus diminum secepatnya (dalam waktu maksimal 72 jam) setelah terpapar HIV yang berisiko (misalnya, kondom robek, petugas kesehatan tertusuk jarum suntik). PEP adalah langkah darurat dan harus diminum selama 28 hari.
• Lakukan Tes HIV Bersama Pasangan:
• Mengetahui status HIV diri sendiri dan pasangan adalah dasar dari pencegahan. Lakukan tes sebelum memulai hubungan seksual yang tidak menggunakan kondom.
2. Pencegahan Melalui Darah
• Tidak Berbagi Jarum Suntik atau Alat Suntik Lainnya:
• Bagi pengguna narkoba suntik, cara terbaik adalah berhenti. Jika belum bisa, gunakan jarum dan semprit steril yang baru setiap kali menyuntik, dan jangan berbagi perlengkapan lain seperti kapas, sendok, atau air.
• Manfaatkan program Penukaran Jarum Suntik (Needle Exchange Program) jika tersedia.
• Kewaspadaan Universal di Fasilitas Kesehatan:
• Pastikan semua alat medis dan non-medis (seperti jarum suntik, alat tindik, tato, dan alat cukur) yang menembus kulit adalah steril dan sekali pakai.
• Skrining Ketat untuk Donor Darah:
• Semua darah dan produk darah yang didonorkan harus diskrining untuk HIV dan infeksi lain, membuat transfusi darah menjadi sangat aman.
3. Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (Transmisi Vertikal)
• Tes HIV pada Ibu Hamil: Semua ibu hamil sangat dianjurkan untuk tes HIV.
• Konsumsi ARV: Jika terdiagnosis HIV, ibu hamil harus mengonsumsi obat ARV selama kehamilan dan persalinan, dan bayinya juga diberikan ARV setelah lahir.
• Persalinan yang Aman: Dokter mungkin akan menyarankan persalinan sesar untuk mengurangi risiko penularan selama persalinan.
• Pemberian Susu Formula: Ibu dengan HIV disarankan untuk tidak menyusui dan menggantinya dengan susu formula, jika memungkinkan dan aman. Jika tidak memungkinkan, ibu harus terus minum ARV selama menyusui.
4. Pencegahan Umum dan Perilaku
• Edukasi dan Kesadaran Diri: Memahami cara penularan dan pencegahan HIV adalah langkah pertama yang paling penting.
• Sirkumsisi (Khitan) Pria: Penelitian menunjukkan bahwa khitan pada pria dapat mengurangi risiko tertular HIV dari pasangan perempuan hingga sekitar 60%. Namun, ini bukanlah perlindungan mutlak dan harus dikombinasikan dengan metode lain seperti penggunaan kondom.
• Menjaga Kesehatan Reproduksi Secara Umum: Mengobati Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya dapat mengurangi risiko penularan HIV.
Kesimpulan
Pencegahan HIV adalah tanggung jawab bersama. Dengan kombinasi pendekatan yang tersedia—mulai dari penggunaan kondom, tes rutin, hingga kemajuan medis seperti ARV, PrEP, dan PEP—kita memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk menghentikan penyebaran HIV.
Kunci utamanya adalah:
1. Mengetahui status HIV diri sendiri dan pasangan.
2. Menggunakan alat pencegahan (kondom, PrEP, ARV) dengan benar dan konsisten.
3. Tidak berbagi jarum atau alat suntik lainnya.
Dengan tindakan pencegahan yang tepat, penularan HIV dapat dihindari.














